Penerima Bisyarah di Semarang Bertambah 2.000 Orang, Termasuk Pendidik Pos PAUD dan Marbot

Pemkot Semarang perluas penerima bisyarah 2025. Guru agama, Pos PAUD, marbot, modin, dan perawat jenazah kini mendapat perhatian lebih.

Sep 24, 2025 - 14:45
Penerima Bisyarah di Semarang Bertambah 2.000 Orang, Termasuk Pendidik Pos PAUD dan Marbot
Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng

KONTENSEMARANG.COM – Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang memperluas cakupan penerima bisyarah secara signifikan melalui Anggaran Perubahan 2025. Kebijakan ini diambil sebagai bentuk apresiasi atas peran penting para pelaku keagamaan, pendidikan, dan layanan sosial yang selama ini memberikan kontribusi besar dalam kehidupan masyarakat.

Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng, menegaskan bahwa perluasan tersebut mencakup guru agama, pendidik Pos PAUD, marbot masjid maupun musala, serta perawat jenazah.

“Guru TPQ yang mendidik anak-anak selepas sekolah, pengajar madrasah diniyah yang membentuk akhlak, guru sekolah Minggu, pinandita, pendidik Pos PAUD, marbot, modin, hingga perawat jenazah adalah pilar masyarakat yang harus mendapat perhatian,” jelasnya.

Berdasarkan data terbaru, penerima bisyarah bidang keagamaan meningkat dari 4.261 menjadi 5.260 orang. Untuk pendidik Pos PAUD yang tergabung dalam HIMPAUDI bertambah dari 100 menjadi 200 orang. Jumlah perawat jenazah naik dari 600 menjadi 1.000 orang, sementara marbot masjid/musala bertambah dari 531 menjadi 885 orang.

Selain memperluas jumlah penerima, Pemkot juga menetapkan besaran bisyarah bulanan. Guru TPQ, madrasah diniyah, dan sekolah Minggu masing-masing memperoleh Rp500.000 per bulan, pinandita Rp300.000, pendidik Pos PAUD Rp500.000, HIMPAUDI Rp300.000, modin Rp1.000.000, dan marbot Rp300.000.

Agustina menegaskan bahwa kebijakan ini tidak hanya soal bantuan finansial, tetapi juga wujud penghargaan bagi mereka yang mengabdikan diri untuk masyarakat. Tambahan hampir 2.000 penerima baru diharapkan dapat memberi semangat lebih dalam menjalankan tugas mulia mereka.

“Kota Semarang akan menjadi kuat bukan hanya karena infrastrukturnya, tetapi juga karena masyarakat yang peduli dan harmonis. Melalui bisyarah, kami ingin menegaskan bahwa Pemkot berjalan bersama para guru, tokoh agama, pendidik, marbot, modin, serta perawat jenazah yang hadir setiap hari di tengah warga,” ujar Agustina.

Program bisyarah ini juga dipandang sebagai strategi memperkuat ketahanan sosial, menumbuhkan nilai gotong royong, serta menjaga karakter dan nilai keagamaan di lingkungan masyarakat Kota Semarang.

What's Your Reaction?

Like Like 0
Dislike Dislike 0
Love Love 0
Funny Funny 0
Angry Angry 0
Sad Sad 0
Wow Wow 0