Pemkot Semarang Targetkan Angka Kemiskinan Turun Jadi 2,9 Persen pada 2030

Pemkot Semarang menargetkan penurunan angka kemiskinan menjadi 2,9 persen pada 2030 lewat kolaborasi, intervensi ekonomi, dan penguatan UMKM.

Pemkot Semarang Targetkan Angka Kemiskinan Turun Jadi 2,9 Persen pada 2030
Pemkot Semarang Targetkan Angka Kemiskinan Turun Jadi 2,9 Persen pada 2030

KONTENSEMARANG.COM – Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang terus menegaskan komitmennya dalam menekan angka kemiskinan di wilayahnya. Hingga tahun 2030, Pemkot menargetkan tingkat kemiskinan turun dari 3,3 persen menjadi 2,9 persen, melalui strategi kolaboratif dan intervensi ekonomi masyarakat.

Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng, menegaskan bahwa penanganan kemiskinan tidak bisa dilakukan oleh pemerintah semata. Diperlukan sinergi antara berbagai pihak agar hasilnya lebih optimal.

“Harus ada peran dari akademisi dan sektor swasta untuk membantu mengurangi angka kemiskinan. Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri,” ungkap Agustina usai membuka Rapat Koordinasi (Rakor) Penanggulangan Kemiskinan di Hotel UTC, Kamis (23/10).

Penguatan UMKM Jadi Langkah Utama

Agustina menilai salah satu langkah strategis untuk menekan angka kemiskinan adalah dengan menguatkan ekonomi pelaku UMKM. Ia mendorong agar masyarakat lebih banyak membeli produk lokal sehingga pelaku usaha kecil dapat berkembang dan berdaya.

“Pelaku UMKM harus dibantu, dan cara paling nyata adalah dengan membeli produk mereka. Dengan begitu, ekonomi lokal bisa tumbuh,” ujarnya.

Dalam Rakor tersebut, Agustina juga meminta dukungan akademisi untuk melakukan kajian ilmiah mengenai faktor penyebab kemiskinan di Kota Semarang. Hasil kajian tersebut akan dijadikan dasar penyusunan kebijakan Pemkot ke depan. Ia menyoroti Kecamatan Semarang Utara sebagai wilayah dengan tingkat kemiskinan yang relatif tinggi.

“Kajian akademis penting sebagai acuan agar kebijakan yang dibuat tepat sasaran. Faktor utama kemiskinan biasanya karena ekonomi yang tidak tumbuh,” jelasnya.

Program Intervensi dan Penguatan Wilayah

Sementara itu, Pj Sekda Kota Semarang, Budi Prakosa, menjelaskan bahwa beberapa wilayah seperti Semarang Utara dan Gayamsari masih menjadi kantong kemiskinan karena rendahnya daya dukung lingkungan, termasuk seringnya terjadi genangan air.

Menurut Budi, Pemkot sudah menyiapkan 13 program intervensi, mulai dari aspek kependudukan, sanitasi, perumahan, permodalan, hingga infrastruktur lingkungan. Semua program tersebut diarahkan agar masyarakat di wilayah rawan kemiskinan dapat lebih berdaya.

“Kami melakukan intervensi lintas sektor agar warga memiliki daya tahan ekonomi yang lebih kuat,” jelas Budi yang juga menjabat sebagai Kepala Bappeda Kota Semarang.

Selain itu, Budi menilai penting untuk mengoptimalkan potensi ekonomi lokal di setiap wilayah. Misalnya, sentra pengasapan ikan di Semarang Utara, pengolahan sampah di Jomblang Candisari, dan jajanan pasar di Bangetayu Genuk yang dinilai memiliki potensi besar jika mendapat dukungan dan pendampingan.

Dinas Kesehatan Kota Semarang juga berperan dalam program penanggulangan kemiskinan dengan melakukan pemetaan risiko penyakit di 14 wilayah yang tergolong kantong kemiskinan. Pemetaan dilakukan hingga tingkat RW untuk memudahkan pencegahan dan penanganan.

“Kolaborasi antara sektor kesehatan, pendidikan, dan ekonomi sangat penting. Potensi lokal harus di-upgrade agar ekonomi meningkat dan kemiskinan berkurang,” pungkas Budi.

Dengan berbagai langkah terpadu tersebut, Pemkot Semarang optimistis target penurunan kemiskinan hingga 2,9 persen pada tahun 2030 dapat tercapai, sekaligus memperkuat ketahanan ekonomi masyarakat di seluruh wilayah kota.