KAI dan DJKA Uji Coba Panic Button di Perlintasan Sebidang Madukoro Semarang untuk Tingkatkan Keselamatan

SEMARANG – Dalam upaya menekan angka kecelakaan di perlintasan sebidang, PT Kereta Api Indonesia (Persero) bersama Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan menggandeng Dinas Perhubungan Kota Semarang untuk melakukan uji coba sistem panic button.
Uji coba ini dilaksanakan pada Kamis (26/6) di Perlintasan Sebidang Jalan Madukoro, atau JPL Nomor 6, Kota Semarang.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut antara lain Direktur Keselamatan dan Keamanan KAI, Dadan Rudiansyah; Direktur Keselamatan Perkeretaapian DJKA, Jumardi; Kepala Daop 4 Semarang, Daniel Johannes Hutabarat; serta jajaran Dishub Kota Semarang.
Menurut Manager Humas KAI Daop 4 Semarang, Franoto Wibowo, pengembangan sistem *panic button* ini merupakan bentuk respon atas tingginya risiko kecelakaan antara kereta api dan kendaraan di titik perlintasan sebidang.
Hal ini semakin relevan seiring dengan meningkatnya kecepatan kereta hingga 120 km/jam berkat pengoperasian jalur ganda.
“Selama ini, petugas hanya bisa mengandalkan upaya manual seperti berlari dengan bendera merah untuk memperingatkan masinis. Dengan sistem ini, cukup tekan tombol darurat dan sinyal langsung dikirim ke masinis,” ujar Franoto.
Cara Kerja Panic Button di Perlintasan Sebidang
Sistem *panic button* terdiri dari tiga komponen utama: tombol darurat, panel kontrol, serta lampu dan sirine darurat.
Lampu dipasang sejauh 1 kilometer dari pos jaga ke arah kiri dan kanan, agar masinis memiliki cukup ruang untuk melakukan pengereman darurat.
Dalam kondisi normal, lampu tidak menyala, menandakan lintasan aman dilalui. Namun jika terjadi gangguan, seperti kendaraan mogok di rel, petugas dapat menekan tombol darurat.
Saat itu juga, lampu merah akan berkedip dan sirine berbunyi—memberikan sinyal kepada masinis untuk segera menghentikan laju kereta.
“Inovasi ini menjadi langkah nyata dalam transformasi sistem keselamatan berbasis teknologi. Harapannya, sistem ini bisa menjadi standar baru di seluruh perlintasan sebidang,” tambah Franoto.
Semakin padatnya lalu lintas dan frekuensi perjalanan kereta api di kota besar seperti Semarang menjadikan sistem ini sangat relevan.
Tidak hanya mempercepat reaksi dalam situasi darurat, teknologi panic button juga mampu meminimalisir risiko kecelakaan fatal yang selama ini sering terjadi di perlintasan sebidang.
PT KAI terus memperkuat kolaborasi dengan instansi pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya tertib berlalu lintas di sekitar rel.
“Keselamatan merupakan tanggung jawab bersama. Kami akan terus menghadirkan inovasi demi perjalanan kereta yang aman dan nyaman serta keselamatan pengguna jalan,” tutup Franoto.
What's Your Reaction?






