Mahasiswa USM Edukasi Remaja Asparta tentang Fenomena Anti-Sosial

Mahasiswa USM edukasi remaja Karang Taruna Asparta tentang fenomena anti-sosial dan pencegahannya melalui dialog, tes pemahaman, dan diskusi interaktif.

Mahasiswa USM Edukasi Remaja Asparta tentang Fenomena Anti-Sosial
Mahasiswa USM Edukasi Remaja Asparta tentang Fenomena Anti-Sosial

KONTENSEMARANG.COM – Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Semarang (USM) melaksanakan kegiatan Edukasi Fenomena Anti-Sosial untuk remaja Karang Taruna Asparta Kelurahan Sendangmulyo. 

Acara yang diadakan di Balai RT 08 RW 07 pada Jumat (28/11/25) ini menjadi sarana bagi para pemuda untuk memahami lebih dalam karakteristik perilaku anti-sosial serta langkah pencegahannya.

Kegiatan tersebut merupakan bagian dari tugas Mata Kuliah Pancasila bagi mahasiswa semester 7. Dua pemateri, yaitu Raihan Wreksa Dimeitri dan Beta Vianda Nursifana, menyampaikan materi secara bergantian dengan dipandu moderator Ajeng Ramadhani Kurniawan. 

Acara ini juga didukung oleh anggota kelompok lain: Royhan Muhammad Romyzan, Fadhil Aiman, Dhavin Shaaka Abiyoga, Ahmad Yusuf Wibowo, Rayhan Bimantoro, dan Fadila Amalia Imandini.

Raihan membuka pemaparan dengan menjelaskan gambaran umum perilaku anti-sosial yang belakangan meningkat di ruang publik maupun lingkungan pendidikan. Ia menekankan bahwa perilaku tersebut dapat berdampak pada keretakan hubungan sosial jika tidak ditangani dengan pendekatan yang tepat.

“Kami memberikan penjelasan mengenai penyebab hingga dampak fenomena anti-sosial, sekaligus menawarkan solusi melalui penerapan nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika,” ujar Raihan.

Sebagai ketua kegiatan, Beta Vianda menjelaskan bahwa edukasi ini tidak hanya menekankan teori, tetapi juga mengukur pemahaman peserta melalui pre-test dan post-test. 

Selain itu, sesi tanya jawab dilakukan untuk memperdalam materi sekaligus melihat sejauh mana remaja memaknai isu anti-sosial dalam kehidupan sehari-hari.

“Materi yang kami berikan tidak hanya bersifat teoritis, tetapi juga mendorong mereka menerapkannya melalui kegiatan karang taruna agar tercipta lingkungan yang solid, inklusif, dan bebas dari individualisme,” ungkap Beta.

Antusiasme peserta terlihat dari partisipasi aktif remaja yang mengajukan pertanyaan mengenai dampak perilaku anti-sosial serta penerapan nilai keberagaman. 

Keterlibatan tersebut menunjukkan pentingnya isu ini di tengah proses pembentukan karakter sosial mereka.

Melalui kegiatan ini, mahasiswa USM berharap remaja Karang Taruna Asparta dapat lebih waspada terhadap bentuk-bentuk perilaku anti-sosial, termasuk perundungan dan diskriminasi. 

Pemanfaatan media sosial secara bijak turut disampaikan sebagai bagian dari upaya membangun lingkungan sosial yang sehat dan saling mendukung.

Kegiatan edukatif ini juga memperkuat peran Karang Taruna sebagai agen perubahan di masyarakat dan menjadi wujud kontribusi mahasiswa USM dalam pemberdayaan komunitas lokal melalui aksi nyata di masyarakat.