DLH dan Kemenag Semarang Ajak KUA Gunungpati Terapkan Lubang Biopori

DLH Semarang dan Kemenag ajak pegawai KUA Gunungpati membuat lubang biopori untuk konservasi air hujan dan pengelolaan sampah.

DLH dan Kemenag Semarang Ajak KUA Gunungpati Terapkan Lubang Biopori
Sinergi DLH-Kemenag: Pegawai KUA Gunungpati Belajar Konservasi Air dengan Biopori

KONTENSEMARANG.COM - Sinergi antara Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Semarang dan Kementerian Agama (Kemenag) Kota Semarang kembali diwujudkan melalui kegiatan konservasi lingkungan. Pada Selasa, 7 Oktober 2025, halaman Kantor Urusan Agama (KUA) Gunungpati menjadi lokasi pelaksanaan program Proklim (Komunitas Untuk Iklim) dan Klangenan (Kemenag Peduli Pangan dan Lingkungan).  

Program ini difokuskan pada edukasi masyarakat mengenai pentingnya konservasi air hujan serta pengelolaan sampah organik dengan cara membuat Lubang Resapan Biopori (LRB). DLH menargetkan penerapan biopori di seluruh KUA se-Kota Semarang sebagai langkah nyata menjaga keseimbangan lingkungan perkotaan.  

Kepala DLH Kota Semarang, Arwita Mawarti, menegaskan bahwa lubang biopori bukan hanya sekadar resapan air, melainkan juga ekosistem kecil bagi mikroorganisme dan fauna tanah. “Air hujan bisa meresap lebih cepat, sementara sampah organik terurai secara alami. Inilah solusi sederhana namun efektif untuk mengurangi banjir dan mengelola limbah,” jelasnya.  

Arwita menambahkan, program biopori tahun ini digencarkan di berbagai wilayah sesuai arahan Wali Kota Semarang. Harapannya, masyarakat semakin sadar akan pentingnya menjaga lingkungan dengan cara yang mudah dilakukan di sekitar rumah maupun kantor.  

Kegiatan di KUA Gunungpati tidak berhenti pada sosialisasi. Para pegawai bersama Kepala KUA, Hasan Basri, langsung mempraktikkan pembuatan lubang biopori di tiga titik berbeda: belakang, samping, dan depan kantor. Lubang dibuat dengan diameter sekitar 10 sentimeter dan kedalaman lebih dari satu meter menggunakan bor manual maupun mesin.  

Hasan Basri yang ikut terjun langsung dalam proses pengeboran menuturkan, praktik nyata membuat pegawai lebih memahami filosofi biopori. “Dengan mencoba sendiri, kita tidak hanya tahu cara membuatnya, tetapi juga mengerti makna di balik upaya menjaga lingkungan,” ujarnya.