Pemkot Semarang Perluas Edukasi Pilah Sampah hingga Pondok Pesantren

Pemkot Semarang perluas program pilah sampah ke pondok pesantren, dorong kebiasaan kelola sampah sejak dini demi lingkungan bersih dan sehat.

Pemkot Semarang Perluas Edukasi Pilah Sampah hingga Pondok Pesantren
Pemkot Semarang Gandeng Pesantren Bangun Budaya Pilah Sampah

KONTENSEMARANG.COM – Pemerintah Kota Semarang terus memperluas cakupan edukasi pengelolaan sampah melalui program Pilah Sampah, yang menjadi bagian dari 100 Hari Kerja Wali Kota Agustina Wilujeng dan Wakil Wali Kota Iswar Aminuddin. 

Salah satu sasaran barunya adalah lingkungan pondok pesantren, yang dinilai memiliki peran strategis dalam membentuk kesadaran kolektif masyarakat.

Wakil Wali Kota Semarang, Iswar Aminuddin, menyebutkan bahwa pengelolaan sampah bukan hanya tanggung jawab pemerintah, melainkan memerlukan keterlibatan seluruh elemen masyarakat. 

Dengan produksi sampah harian di Semarang yang hampir mencapai 1.000 ton, dibutuhkan kesadaran dan kebiasaan baru untuk memilah sampah sejak dari sumbernya.

"Ini adalah kondisi darurat. Perlu komitmen bersama untuk menjadikan pengelolaan sampah sebagai budaya. Program Pilah Sampah kami dorong agar menjadi kebiasaan masyarakat, termasuk di lingkungan pesantren," kata Iswar dalam pembukaan Sosialisasi dan Pelatihan Pengelolaan Sampah Pesantren di Pondok Pesantren Al Itqon, Pedurungan, Senin (28/7).

Iswar juga menyoroti peran penting pesantren sebagai pusat pendidikan yang dapat menjadi agen perubahan sosial. Dengan ribuan santri dan jaringan masyarakat di sekitarnya, pesantren dinilai mampu menjadi motor penggerak dalam menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat.

Ia mencontohkan Ponpes Al Itqon yang telah lebih dahulu memulai pengelolaan sampah secara mandiri dengan menggunakan incinerator sejak 15 tahun lalu. 

“Ini adalah contoh baik. Harapannya bisa direplikasi di pesantren-pesantren lain,” ujarnya.

Dalam kegiatan tersebut, Iswar turut mengapresiasi kolaborasi antara Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M), Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang, serta DLH Provinsi Jawa Tengah yang menginisiasi pelatihan dan edukasi di kalangan pesantren.

Direktur P3M, KH Sarmidi Husna, menambahkan bahwa persoalan sampah saat ini tidak hanya menjadi masalah lokal, namun sudah menjadi isu nasional dan global. Ia menyebutkan beberapa daerah di Indonesia bahkan sudah dalam status darurat sampah.

“Ketinggian sampah di Yogyakarta bahkan mencapai 125 meter. Ini harus menjadi perhatian serius,” kata Sarmidi.

Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa pengelolaan sampah sejatinya memiliki dasar religius dalam ajaran Islam. 

Menurutnya, menjaga kebersihan adalah bagian dari sunah Rasulullah. Bahkan ada riwayat tentang seorang sahabat Nabi yang secara khusus mendapatkan doa dari Rasulullah karena perannya dalam menjaga kebersihan lingkungan masjid.

Melalui kegiatan ini, Pemkot Semarang berharap agar kampanye pengelolaan sampah dapat menjangkau lebih banyak elemen masyarakat, terutama melalui jalur pendidikan berbasis keagamaan yang memiliki pengaruh kuat.