Lentera Cinta, Kisah Kepedulian untuk Desa Timbulsloko yang Terendam Rob
Lentera Cinta hadir di Desa Timbulsloko, Demak. Seniman rekam budaya dan peduli sosial untuk warga kampung di atas laut yang terdampak rob.

KONTENSEMARANG.COM – Desa Timbulsloko di Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, kini tak lagi seperti dua dekade lalu. Pada awal tahun 2000-an, wilayah ini masih dikenal dengan hamparan sawah, tambak, kebun, dan deretan pohon kelapa yang menyejukkan pandangan. Hasil bumi membuat warganya hidup makmur dan sejahtera.
Namun, kondisi tersebut kini tinggal cerita lama. Timbulsloko perlahan berubah menjadi kampung di atas laut akibat abrasi dan rob yang terus menggerus daratan.
Perubahan inilah yang menggerakkan komunitas seniman Santri Bar Ngaji Mangan (Bajingan) di bawah bimbingan Rois Syuriah PWNU Jawa Tengah, KH. Ubaidullah Shodaqoh. Mereka menggelar acara bertajuk Lentera Cinta: Merekam Jejak Budaya dan Kepedulian Sosial Desa Timbulsloko pada Minggu, 31 Agustus 2025.
Ketua panitia, Beno Siang Pamungkas, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk kepedulian para seniman terhadap kehidupan masyarakat Timbulsloko.
“Kami hadir dengan pertunjukan seni dari grup Kuakab, pembacaan puisi, monolog, melukis, hingga pembagian doorprize untuk warga,” ujarnya.
Beno menambahkan, sejumlah seniman yang terlibat antara lain Lusi Maulid Ndalu, Agung Wibowo, Slamet Unggul, Mere Nauval, Roely Slamet, Sholeh Ibnu, dan beberapa nama lainnya.
Tokoh masyarakat Timbulsloko, Kiai Shobirin, mengenang kondisi desa pada masa lalu yang makmur dan banyak menjadi tujuan mencari nafkah warga dari luar Sayung, seperti Gajah dan Trengguli. Namun, sejak desa mulai tenggelam sekitar 50 cm, kehidupan warganya berubah drastis.
“Dulu banyak yang pulang kerja atau sekolah harus berjalan kaki sejauh 1,5 km, lalu setiap hari menguras rumah karena air masuk. Mushola dan masjid juga sepi karena warga kesulitan keluar rumah, bahkan sering harus melewati kepiting, ular, atau binatang laut lainnya,” jelasnya.
Meski demikian, perlahan situasi membaik berkat bantuan donatur, baik individu maupun lembaga. Dukungan dari Lazisnu misalnya, telah memungkinkan mushola dan masjid kembali aktif karena adanya jembatan menuju tempat ibadah.
Jalan akses juga diperbaiki dengan jembatan kayu. NU turut membantu mendirikan madrasah apung sehingga anak-anak bisa belajar dan mengaji dengan nyaman.
“Alhamdulillah, berkat perhatian banyak pihak, fasilitas desa kembali berfungsi dan kehidupan masyarakat bisa lebih baik,” tambah Kiai Shobirin.
Kegiatan Lentera Cinta ini diharapkan mampu menjadi ruang kebudayaan sekaligus sarana kepedulian sosial bagi masyarakat Timbulsloko yang terus berjuang menghadapi tantangan perubahan lingkungan.
What's Your Reaction?






