Pameran Tanaman Hias di Semarang Dorong Ekonomi Kreatif dan Minat Generasi Muda

Pameran tanaman hias Semarang tampilkan anthurium dan aglaonema, gaet ratusan peserta dan ikut menggerakkan ekonomi kreatif kota.

Pameran Tanaman Hias di Semarang Dorong Ekonomi Kreatif dan Minat Generasi Muda
Pameran tanaman hias Semarang tampilkan anthurium dan aglaonema, gaet ratusan peserta dan ikut menggerakkan ekonomi kreatif kota.

KONTENSEMARANG.COM – Kota Semarang kembali menjadi pusat perhatian para pecinta tanaman hias dengan digelarnya pameran dan kontes tanaman hias yang dipusatkan di halaman parkir Eks Wonderia, Jalan Sriwijaya, Tegalsari, Candisari. Kegiatan yang menampilkan dua jenis tanaman favorit, anthurium dan aglaonema, resmi dibuka Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng pada Minggu (16/11). Pameran akan berlangsung hingga 23 November 2025.

Dalam sambutannya, Agustina menyampaikan bahwa ajang ini bukan hanya sebatas kompetisi, tetapi juga wadah yang mempertemukan kreativitas, nilai ekonomi, serta komunitas pecinta tanaman hias.

Ia menjelaskan, anthurium memiliki filosofi khusus karena bentuknya menyerupai hati tegak berwarna merah cerah yang dianggap membawa energi positif seperti semangat, keramahan, dan kemakmuran. Sementara aglaonema atau sri rejeki dikenal masyarakat sebagai simbol keberuntungan.

“Saya melihat pameran ini selain kompetisi, juga menjadi sarana untuk memanjakan mata dan ruang pertemuan bagi orang-orang yang telaten, merawat kehidupan sehelai demi sehelai. Saya pernah merasakan bagaimana merawat bunga itu memberi rezeki yang luar biasa. Dan pameran, kontes, atau festival adalah momen yang ditunggu oleh para pemilik tanaman hias,” kata Agustina.

Tercatat ada 262 peserta yang mengikuti kontes anthurium dan 265 peserta untuk kategori aglaonema. Selain itu, 44 stan tanaman hias turut hadir dari berbagai kota dan kabupaten, termasuk daerah luar Semarang seperti Jawa Timur dan Sragen.

Menurut Agustina, antusiasme peserta menandakan bahwa Semarang mulai dilirik sebagai tuan rumah potensial untuk pameran tanaman hias berskala besar. Ia mengingatkan bahwa hobi tanaman hias dapat berkembang menjadi peluang ekonomi ketika menarik minat pasar, sebagaimana fenomena lonjakan harga tanaman hias pada 2009–2011.

“Nah, sekarang belum ada lagi. Dan saya yakin para pecinta tanaman hias ini menunggu momentum. Maka 44 stan dari berbagai kota dan kabupaten, saya kira ada yang dari Jawa Timur, tadi saya lihat ada yang dari Kabupaten Sragen. Ini menunjukkan bahwa Kota Semarang diterima sebagai tuan rumah,” ungkap Agustina.

Wali kota juga menyampaikan bahwa kemunculan pameran seperti ini dapat menjadi indikator meningkatnya daya beli masyarakat. Tanaman hias, menurutnya, bukan kebutuhan pokok sehingga konsumennya biasanya berasal dari segmen dengan ekonomi lebih stabil.

“Artinya segmen tertentu inilah yang nantinya akan menjadi industri kreatif yang akan mendukung dan mendorong laju pertumbuhan ekonomi. Saya berharap, terus berharap masyarakat Kota Semarang akan menghiasi rumahnya dengan berbagai macam tanaman hias. Tidak hanya rajin membeli, tetapi juga rajin merawat karena keindahan setiap rumah menjadi keindahan keseluruhan Kota Semarang,” ujarnya.

Selain mendorong ekonomi, Agustina berharap pameran ini dapat menghadirkan generasi baru pecinta tanaman, termasuk di kalangan anak muda. Ia mencontohkan perkembangan positif pada pameran bonsai sebelumnya yang berhasil memunculkan akademi bonsai.

“Para pengamat, para penilai itu dapat mentransfer pengetahuannya. Ini tanaman bagus, ini tanaman mahal, ini tanaman namanya apa, ini tanaman spesies khusus atau tanaman yang memiliki kekhususan, sehingga memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Saya kira itulah titiknya,” pungkasnya.